Ahlan wa Sahlan

Ahlan wa Sahlan Keu Ban Mandum Aneuk Nanggroe Ban Sigom Donya

Sunday, December 6, 2009

El-Asyi Lintas Batas

Menjelang usia dewasa, 18 tahun dan telah melangkah 100 langkah, sungguh sebuah prestasi yang layak dibanggakan. Kalau tidak salah el-Asyi termasuk atau malah buletin pertama yang dikeluarkan oleh kekeluargaan di Kairo. Artinya dari segi daya tahan melawan zaman sudah terbukti tangguh, dari segi menghasilkan produk boleh diancung jempol, sebagai media penyatu penuntut ilmu dari Negeri Serambi Makkah ampuh adanya. Ajang kreasi, asah bakat, brain storming memang itulah asas asal-muasal.


Maaf, bila dalam sepatah dua kata ini, hamba banyak menggunakan kata “saya.” Itulah penyakit orang yang sudah melewati satu jalan setapak, merasa lebih tua serta banyak makan full dan takmiah bil bait.

Tercatat rapi dalam memorial kepala saya, sebuah peristiwa bersejarah terjadi di antara gempuran lalat musin panas nan amat ganas, saya beserta Tgk. Iqbal Nyak Uma, Tgk. Mutiara Fahmi dan Ustazah Marhamah Saleh menerima tongkat estafet el-Asyi. Gegap gempita rasanya masa itu, penuh semangat heroik dan patriotik. Perlu dicatat; Anggota KMA tidak lebih dari 20 orang saat itu. Edisi terakhir yang kami terima masih berupa lebaran foto copy diketik dengan mesin tik manual yang tentunya saat team redaksi kerja, tetangga sebelah tidak bisa tidur.

Namun demikian, semangat pendahulu antara lain Tgk. Hamid Usman, Tgk. Fachrul Ghazi dan para senior lain mengekpresikan semangat juang menggebu-gebu lewat sebuah mesin tik manual. Merekalah para pendiri el-Asyi sekaligus bara api semangat yang tidak pernah padam. Saya tidak melihat selembar kertas fotocopy yang disebarkan ke tangan-tangan anggota, tapi sebuah ekpresi kemauan, kerja keras serta semangat persatuan sesama pemuda dari Tanah Rencong.

Ketika kami mulai menjalankan roda el-Asyi yang sebenarnya penuh tantangan serta rintangan dengan segala keterbatasan, tapi ruh persatuan dan persaudaraan membuat segala sesuatu terasa ringan. Disaat bersamaan KMA juga menggagas Kursus Komputer (SCC Seulawah Computer Course), dengan tidak bermaksud meninggikan bahu; KMA adalah pionir dalam memperkenalkan komputer kepada Mahasiswa Indonesia Kairo dan sejarah tidak bisa menghapus kenyataan tersebut.

Sehingga keberadaan SCC dan el-Asyi dalam tubuh KMA seperti dua kaki yang mampu menjelajahi rute peradaban. Antara kedua elemen tersebut mampu bekerja sama, saling mendukung untuk mengangkat eksistensi KMA di kalangan Mahasiswa Kairo serta memberi kontribusi kepada penuntut dari negeri-negeri Melayu. Kemudian hasil kerjasama tersebut lahirlah sebuah karya besar "Panduan ke Mesir dan Al-Azhar" yang saya yakini sampai sekarang belum ada yang bisa mengumpulkan data serta gaya penulisan seperti wujud dalam Panduan ke Mesir dan Al-Azhar. Kalaupun ada buku-buku panduan dari organisasi lain, dengan tanpa rasa malu mengjiplak data karya Mahasiswa Aceh Kairo. Mereka yang telah memberi jasa besar untuk karya agung itu antara lain; Tgk. Lukmanul Hakim, Tgk. Fachrul Ghazi, Tgk. Masykur Abdullah, Tgk. Taqiuddin atau lebih dikenal Abu Taqi, Tgk. Ahmad Faisal, Ustazah Nilam Sari dan Ustazah Syarifah Rusydah serta anggota KMA lainnya.

Kemudian dalam menghadapi masa-masa krisis baik itu berkaitan dengan gejolak politik di Tanah Rencong maupun krisis ekonomi menjelang abad milenium, el-Asyi telah menunjukan peran aktif dalam menjembatani komunikasi antar anggota dan paling esential dalam memberi sumbangan ide untuk mengatasi krisis, baik hanya sekedar penghibur lara, maupun ide-ide perjuangan dalam menghadapi dan menyelesaikan krisis tersebut.

Berdasarkan pengalaman yang sudah pernah dilewati beserta dengan suka- duka serta karya, maka el-Asyi sebagai simbol media komunikasi Mahasiswa dan Pelajar Aceh di Bumi Para Nabi, selayaknya terus memompa semangat persatuan sesama penuntut ilmu dari Tanah Rencong. Dan juga menjadi motor penggerak untuk menjadi roda lintas batas, yaitu segala sesuatu yang dianggap sulit, tidak bisa, kekurangan dana, tenaga, fasilitas dan segala keterbatasan lainnya. Dalam sejarah el-Asyi yang dimulai dengan serba kekurangan, telah memberikan kontribusi positif untuk mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di Kairo. Apatah lagi saat ini dengan dukungan teknologi nan semakin canggih, fasilitas hampir memadai, tenaga manusia sudah melimpah ruah, maka dengan semangat seratus edisi ciptakanlah gebrakan-gebrakan besar yang positif lagi bersejarah.

Kita di Aceh pun sudah ada IKAT (Ikatan Keluarga Alumnus Timur Tengah), kini sedang mengatur langkah untuk membangun sebuah ‘Keberadaan’ eksistensi. Hari ini, kami baru bisa mengatur langkah, mungkin setelah kawan-kawan kembali dari Mesir baru ‘Keberadaan ‘ itu wujud. Oleh karena itu, melalui el-Asyi online ( I wish), kita bisa membangun komunikasi dua arah dan saling mendukung. Dan sesungguhnya di Mesir tempat latihan, di Aceh adalah medan juang, bila dirasakan latihan sudah memadai segeralah kembali ke Tanah Rencong.


Oleh; Teuku Azhar Ibrahim, Lc.*

Penulis: Mantan pemred El Asyi, Senior Human Resource Officer pada sebuah NGO Asing di Banda Aceh dan Kepala Bidang Ekonomi IKAT.

1 comment:

  1. Ada nama2 yg perlu ditambahkan dalam proses penyusunan buku Panduan ke Mesir dan Al-Azhar. Kontribusinya cukup besar! Mereka adalah Tgk. Ismet Rum, Tgk. Munawar Liza, Ustazah Marhamah Saleh.

    ReplyDelete