Ahlan wa Sahlan

Ahlan wa Sahlan Keu Ban Mandum Aneuk Nanggroe Ban Sigom Donya

Monday, December 7, 2009

HAKIKAT IBADAH

Kita manusia terdiri dari dua unsur yang Allah SWT. ciptakan, yaitu ruh dan jasad. Ruh tarikannya lebih dekat ke langit, sedangkan jasad tarikannya lebih dekat ke bumi. Logikanya, semakin dekat tarikan manusia ke bumi, maka tarikan ke langit akan semakin jauh. Sebaliknya, semakin dekat tarikan ke langit maka ke bumi semakin jauh.

Unsur ruh sebenarnya lebih berpengaruh dari pada unsur jasad. Coba anda bayangkan, orang yang memiliki spiritualitas yang membaja akan berani melangkah ke medan jihad walau badannya kurus dan tidak kekar.


Sebaliknya tidak sedikit orang yang bertubuh kekar, tapi karena gersang dari nilai spiritualitas, kalau diminta keluar meronda di malam hari saja, akan merasa takut, apalagi diajak ke medan jihad. Ruh telah lebih dulu ada sebelum jasad. Ketika Allah mengambil sumpah kepada seluruh arwah: "Bukankah Aku Tuhan kamu sekalian?" Semua menjawab: "Benar wahai Tuhan kami"(QS. Al-A’raf: 172). Dimanakah jasad kita di waktu itu? Kemudian setelah kita mati, jasad kita rusak dimakan tanah, bukankah ruh kita tetap utuh, dipelihara disisi Allah? Benar.. aspek rohani lebih kuat dari aspek jasmani.

Kemudian hati, ia adalah sang raja, muharrik seluruh kegiatan ruh dan jasad, ibarat danau yang airnya berasal dari berbagai luapan anak-anak sungai. Bila air limpahan sungai itu bersih, maka bersih danau merupakan keniscayaan. Dan hati yang bersih adalah tempat bermuaranya ilham dari Allah SWT., sehingga jiwa terpimpin dengan baik dan terus mengajak kepada kebaikan.

Ibadah dan menjadi istikhlaf (menjadi khalifah) adalah dua tugas yang kita emban di atas muka bumi ini. Ibadah adalah inti utama, lihatlah bagaimana Allah membimbing Rasulullah SAW. sebelum menurunkan wahyu kepadanya, Allah perintahkan Rasulullah untuk membekali diri dengan ibadah yang kuat, setiap malam beliau diperintahkan untuk qiyamullail baik di dua pertiga malam, setengah atau sepertiganya, dan juga diperintahkan untuk banyak membaca Al-Qur’an (Al-Muzzammil: 1-20). Hal ini karena, ibadah adalah sumber tenaga yang terus mengalir dari Allah SWT., sehingga menjadikan kita sanggup memikul segala bentuk rintangan dan tantangan sebagai khalifah. Makanya, orang yang tidak punya hubungan vertikal yang lancar kepada Allah, rusaknya lebih banyak dari baiknya, karena dia tidak dipimpin oleh Allah SWT. dalam setiap gerak-geriknya.

Ibadah biasanya didefinisikan dengan: Segala perbuatan dan perkataan yang dicintai dan diridhai Allah, baik berupa hal-hal yang dzahir seperti shalat, maupun yang batin seperti iman, tawakkal dan takut kepada Allah SWT.. Hakikat ibadah dalam Islam ada dua, yaitu Al-Khudhu' al-Kamil (tunduk dan berserah diri secara sempurna) dan Al-Mahabbah Al-Tāmah (cinta yang sangat mendalam). Keduanya bergandengan, harus menyatu. Khudhu'nya Bilal bin Rabah kepada Umayyah bin Khalaf tidak dianggap ibadah, karena tidak diiringi dengan mahabbah, sebagaimana cintanya kita kepada kedua orang tua, anak dan istri juga tidak dianggap ibadah karena tidak diiringi dengan al-khudhu'.

Dengan demikian, bila kita melakukan shalat, namun hati kita tidak tunduk dan membuahkan cinta kepada-Nya, berarti kita belum beribadah sebagaimana mestinya. Berapa banyak orang yang beribadah, bahkan bersama dalam satu shaf , gerak-gerik mereka sama, tapi antara satu dengan yang lain ibarat tanah yang datar dengan gunung yang tinggi nan gagah. Hal ini karena ibadah mereka dilakukan bukan hanya dengan fisik, tapi juga dengan hati yang khusyu', khudhu' dan rindu kepada sang Khalik. Jiwa mereka di bumi, tapi ruh mereka jauh tinggi di atas langit.

Kemudian manusia dalam beribadah kepada Allah ada tiga golongan: Pertama: Beribadah kepada Allah dengan terpaksa. Orang seperti ini tidak ada bedanya dengan binatang dan tumbuh-tumbuhan, bahkan orang kafir sekalipun tetap mengaku mereka bertuhan. Kedua: Beribadah kepada Allah karena taklif (dibebankan), inipun tidak ada bedanya antara ibadah orang munafiq dan beriman. Orang munafiq melakukan shalat agar mereka tidak dihukum bunuh, baik karena malas atau merasa tidak wajib. Ketiga: Ibadah karena kebutuhan, merasa rindu dan cinta untuk terus beribadah. Orang yang beribadah seperti ini merasa ibadah adalah proses mengembalikan stamina ruhiyahnya, karena itu ia butuh. Dan inilah ibadah yang sebenarnya. Ibadah inilah yang melahirkan ketenangan, kebahagiaan, cahaya diwajah dan hati, kelapangan rezeki, dan keberkatan.

Biasanya ibadah yang benar itu bermuara dari keyakinan dan i'tikad yang benar. Karena kalau kita tahu Allah SWT. selalu mengintai kita, mengetahui semua yang terlintas dalam hati, kita akan khusyu' dan tawadhu' dalam ibadah kita. Dan dari ibadah yang benar biasanya akan melahirkan akhlak yang benar. Cobalah lihat ibadah-ibadah yang difardhukan Allah SWT., semuanya untuk membentuk kepribadian yang indah. Shalat untuk mencegah perbuatan keji dan munkar, zakat untuk menghilangkan sifat kikir, mensucikan diri dan harta, puasa menjadi tameng bagi hawa nafsu yang liar dan haji menjadikan kita kembali kepada fitrah suci seperti bayi yang baru dilahirkan.

Ibadah yang benar akan mampu membentuk kepribadian rabbani yang teraplikasi dalam tingkah laku yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.. Dalam sebuah riwayat diceritakan: Ada seorang wanita pada masa Rasulullah Saw. yang rajin qiyam di malam hari dan puasa di siangnya, tapi punya kebiasaan menyakiti tetangganya. Rasullah SAW. bersabda: Dia kelak ke neraka. Demikian pula riwayat yang mengatakan dia menyakiti seekor kucing, tidak diberi makan hingga mati kelaparan. Kenapa bisa terjadi? Karena ibadah yang dia lakukan hanya sebatas upacara rutin. Tujuan dan hakikat ibadah belum dia capai.

Demikian pula dengan orang yang shalat, tekun berpuasa, rajin baca Al-Qur’an, namun dia gemar bermaksiat, berpacaran, buang-buang waktu percuma di kafe, internet, telepon dan lain-lainnya. Kalau orang ini melakukan dosa-dosa tersebut tanpa ia sadari, kemudian menyesal dan menyadari dirinya bersalah, mereka inilah orang-orang yang sedang bermujahadah. Kalau benar mujahadahnya, mereka akan dibantu Allah (Al-Ankabut: 69). Namun bila dosa-dosa ini dia lakukan dengan keingkaran, bahkan menganggap halal dan tidak pernah merasa tertekan batin, ketahuilah kiranya inilah orang-orang yang telah tertutup hatinya, ibadah yang dia lakukan boleh jadi bukan karena Allah. Orang ini tersesat jalan, belum sampai ketujuan ibadah, masih samar akan makna dan hakikat ibadah. Orang seperti ini kalau tidak cepat taubat, dan berguru kepada orang-orang yang shaleh, ditakutkan akan suul khatimah. "Sesungguhnya seorang hamba melakukan amal ahli syurga, namun dia telah tertulis kelak ke neraka, lalu diapun melakukan amal ahli neraka maka kelak dia akan masuk ke dalam neraka. Dan seorang hamba melakukan amal ahli neraka, namun dia telah tertulis kelak akan ke surga, maka diapun melakukan amal ahli surga dan kelak akan masuk kedalamnya." (Al-Hadis).

Ibadah tidak diukur dari banyaknya, karena kita tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan ibadahnya kaum Khawarij, ibadah mereka sepanjang malam, berpuasa sepanjang tahun. Namun, ternyata iman mereka hanya dimulut, bacaan Al-Qur’an mereka tidak lebih hanya di tenggorokan mereka, iman mereka tidak sampai ke hati. Allah SWT. tidak memerintahkan kita beribadah kecuali dalam kadar kesanggupan. Allah tidak bosan kecuali kita bosan. Rasulullah SAW. juga melarang sahabat beribadah yang berlebihan, hendaknya diisi di sebagian waktu pagi, tengah siang, dan di waktu malam.

Ibadah lebih diukur dari kualitasnya. Lihatlah Rasulullah SAW. Qiyam, kadang hanya 2 rakaat semalam, tapi dalam satu rakaat membaca surat Al-Baqarah, Ali Imran hingga ke An-Nisa' sehingga Siti Aisyah berkata: jangan kau tanya bagaimana bagusnya shalat Rasulullah.

Abu Bakar bukanlah seorang sahabat yang paling dibanggakan ibadahnya dibandingkan dengan sahabat yang lain, tapi kualitas ibadah yang diiringi dengan mahabbah, tadzallul, dan inkisar al-qalb yang menjadikan beliau paling berprestasi di kalangan sahabat. Sekiranya iman seluruh umat ini diletakkan dalam satu tapak neraca, kemudian satu neraca lagi diisi dengan iman Abu bakar. Niscaya iman Abu Bakar lebih berat.

Ya Allah, bantulah kami memperbaiki kualitas ibadah kami, ajarkan kami untuk mengetahui hakikat makna ibadah, agar kami menjadi hamba-hamba yang bertaqwa, yang hanya dari mereka Engkau terima ibadah. Ampunilah segala kesalahan dan dosa kami, kala badan yang kelihatannya beribadah, namun hati kami tidak tunduk dan merasa rendah di depan-Mu. Ya Allah terimalah doa kami, sebelum kesempatan kami menjadi tiada lagi. Amin…


Oleh; Abu Muhammad Muadz Jailani, Lc.*

*Penulis Mahasiswa S2 Fak. Syari’ah wal Qanun, Jur. Fiqih Muqaranah, Universitas Al-Azhar, Kairo.


1 comment:

  1. Assalamu'alaikum Wr. Wb

    Mohon info padum droe na anggota KMA agam dan inong jinoe ?

    Tgk Jamal bewok manteung disinan ? dan Masykur pakiban ? manteueng udeep ?

    Kiriiim salem mandum ...
    dari alumni pembaca el Asyi Jameun

    ReplyDelete